arrow_upward

Mengenal Sutan Palito "Tan Palito"

Minggu, 14 April 2019 : April 14, 2019

 


Assalamualaikum Wr Wb

Bismillahirrahmanirrahim..

Segala puji kepada Allah SWT, Shalawat Salam kepada Nabi Muhammad SAW.


Tersintak dalam hati, untuk menuliskan biografi tantang Kanadi Warman, Sutan Palito "Tan Palito" dari Suku Malayu Tangah/ Kampuang Dalam, Kampuang Taratak Panas, Nagari Ampiang Parak Timur, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. 


Tulisan ini, bertujuan memberikan gambaran kepada anak cucu nanti, agar ia tetap mengenal silsilah orang tuannya. 

Biografi ini ditulis pada Minggu 13 April 2024, Jl Pabidian, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi Sumatera Barat. 

Penulisan Biografi ini ditulis langsung oleh Tan Palito sebagai kenang-kenangan untuk mengenal lebih jauh tentang penulis. Tulisan di peruntukan untuk anak, cucu serta kemenakan Suku Malayu. Tulisan ini juga diperuntukkan kepada kawan kawan sejawat dari Tan Palito semasa hidup.


Tangis Pertama di Tanah Merah Kuala Enok


Nagari Tanah Merah, Kuala Enok, Kabupaten Tambilahan, Provinsi Riau adalah daerah rantau dari kedua orang tua Tan Palito. Di tanah Merah, ia lahir tepat pada 13 Oktober 1992 dengan nama Kanadi Warman. Menurut orang tuanya, nama tersebut memiliki arti "Kuala Enok Indragiri". Itu adalah nama daerah perantauan. Sementara nama akhir "Warman" merupakan nama Raja di Pagaruyung. Melekatkan nama tersebut sebagai pengingat bahwa ia adalah anak keturunan Minangkabau. 


Orang tuanya bekerja sebagai pedagang di Kuala Enok, dan cukup lama menetap di sana. Genap usia 3 bulan Tan Palito di bawa pulang kampuang ke Teratak Panas, Amping Parak, Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. Hingga ia dewasa, mulai dari menempuh pendidikan sekolah dasar (SD 29 Teratak Panas). 


Tan Palito memiliki 5 orang saudara laki-laki. Kakak pertama bernama, Hendrizal (Tan Karih), yang kedua Khairil (Tan. ..) Kemudian yang Ketiga Aprianto ( Tan...) yang ke empat Kanadi Warman "Tan Palito" dan kelima Dahrul Molpis  (Tan Bungsu).

Krisis Ekonomi Terpaksa Berhenti Sekolah

Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, Tan Palito melanjutkan pendidikan ke SMP 2 Sutera. Seiring berjalanan waktu dengan kondisi ekonomi sulit. Ketika itu orang tua laki-laki bolak balik di perantauan, membuat proses menimbah ilmu sedikit suram. Hingga ia memutuskan berhenti sekolah dan memilih membantu orang tua, sebagai pengembala sapi dan berladang pisang dan gambir. 

Sudah hampir satu tahun berhenti sekolah, ia kembali berniat melanjutkan pendidikan. Ia memilih MTS Pesantren Darussalam, sekolah yang fokus mendalami ilmu keagamaan. 


Menuntut Ilmu di MTS Pesantren Darussalam Amping Parak

Setelah menjalani hari pertama melanjutkan pendidikan yang sempat terhenti, Tan Palito memang cukup antusias belajar, hingga ia berhasil menyelesaikan pendidikan setingkat menengah. Di MTS Darussalam ia banyak belajar tantang ilmu agama, hingga setiap ramadhan aktif memberikan ceramah agama. 

Selain itu, ia juga diberikan kesempatan untuk menjadi guru mengaji di Mushalla Nurul Haq, Teratak Panas.

Setelah menyelesaikan pendidikan menegah di MTS Darussalam, ia berniat melanjutkan pendidikan ke SMA 1 Sutera. 

Tak Dapat Dukungan Penuh, Tetap Lanjutkan Pendidikan


Dukungan secara penuh memang tidak didapatkan Tan Palito, ketika melanjutkan pendidikan atas di SMA 1 Sutera. Hal ini tidak lepas dari sulitnya perekonomian ketika itu. 


Namun, karena tekat yang kuat. Ia tetap melanjutkan pendidikan. Bahkan Tan Palito memilih ngekos karena tidak ada kendaraan bolak balik dari rumah ke sekolah dengan jarak sekitar 30 Km. Setiap Sabtu ia pulang ke rumah untuk mencari pakis. Minggunya ia kembali ke sekolah dan menjual pakis yang didapat kepada pedagang lontong tempat ia ngekos. Dengan hasil penjualan pakis tersebut ia memanfaatkan untuk kebutuhan sekolah dan belanja harian. 


Alhamdulillah, ada saja kemudahan selama sekolah. Bahkan Tan Palito mendapatkan beasiswa dan hal tersebut sangat membantu proses pendidikan hingga sampai selesai di SMA 1 Sutera. 

Air Mata Ingin Kuliah

Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA 1 Sutera, Tan Palito ingin melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Hampir sama kasus sebelumnya, masih terkendala ekonomi. 


Diam diam Tan Palito mendaftar SMBPTKIN di UIN Imam Bonjol. Al hasil ia, lulus pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Pasca pengumuman kelulusan, ia mulai panik bagaimana cara pembayaran uang kuliah semester pertama. Akhirnya ia mulai bercerita ke orang tua, tapi jawaban masih sama. Kondisi ekonomi kami tidak mendukung. Akhirnya, ia cari optimis menabung selama beberapa bulan, dan giat bekerja di ladang. Ketika itu, mulai panen jengkol. 


Hasil penjualan jengkol, ia manfaatkan untuk pembayaran uang semester dan sedikit bantuan dari keluarga. 


Dengan hati yang senang, Tan Palito mulai berangkat ke Kota Padang. Tak terbayangkan senangnya hati, bisa kuliah. Kendati kondisi ekonomi yang mencekik, tapi ada saja jalan dari ya maha kuasa dan doa dari orang tua. Karena semangat Tan Palito memang tinggi untuk kuliah. 













0 comments :